Pengenalan Sistem Pembuatan Pola di Indonesia, Klasifikasi Pola Dasar serta Proses Pembuatan Pola Dasar sesuai Ukuran Pelanggan
Dalam industri tata busana, pola merupakan “cetakan” utama yang menjadi dasar terbentuknya setiap potong busana. Pembuatan pola busana adalah tahapn krusial yang menghubungkan antara data pengukuran pelanggan dan bentuk akhir pakaian yang dihasilkan. Oleh karena itu, pada program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) di LKP Kriya Busana Majapahit, kompetensi membuat pola busana diajarka secara menyeluruh sejak pengenalan sistem hingga praktik langsung pembuatan pola sesuai ukuran pelanggan.
1. Pengertian Pola Busana
Pola sangat penting artinya dalam membuat busana. Baik tidaknya busana yang dikenakan di badan seseorang (kup) sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa pola, memang suatu pakaian dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah sebagus yang diharapkan. Dapat pula diartikan bahwa pola-pola pakaian yang berkualitas akan menghasilkan busana yang enak dipakai, indah dipandang dan bernilai tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi si pemakai.
Kualitas pola pakaian akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
A. Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh si pemakai, hal ini mesti didukung oleh kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh si pemakai
B. Kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan lain sebagainya, untuk mendapatkan garis pola yang luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecakan ukuran
C. Ketetapan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila, atau kertas koran
D. Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagian-bagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda kelim dan lain sebagainya
E. Kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama sebaiknya disimpan pada tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantong plastik, diarsipkan dengan memberi nomor, nama dan tanggal serta dilengkapi dengan buku katalog
2. Pengenalan Sistem Pembuatan Pola di Indonesia
Di Indonesia, dikenal beberapa sistem pembuatan pola yang menjadi standar di lembaga pelatihan maupun industri garmen, diantaranya
A. Sistem So-En
Salah satu sistem tertua yang banyak dikenal di Indonesia. Dikembangkan oleh majalah So-En, sistem ini menggunakan pendekatan rasio tubuh dan rumus praktis dalam pembuatan pola.
Bagian-bagian yang harus diukur adalah:
• Lingkar badan yang harus diukur pas tanpa tambahan
• Lingkar pinggang diukur pas
• Lingkar kerung lengan
• Lingkar panggul yang diukur pas
• Tinggi panggul
• Panjang punggung yang diukur dan tengah garis leher belakang sampai ke garis pinggang
B. Sistem B.M.W Charmant
Sistem yang menekankan pada presisi dan logika konstruksi pola, cocok untuk busana formal dan tailor-made. Banyak digunakan di sekolah mode dan pelatihan profesional.
Bagian yang harus diukur adalah:
• Lingkar badan
• Lingkar pinggang
• Panjang punggung
• Lebar punggung
• Panjang sisi
• Lebar muka
• Panjang muka
• Lebar dada
• Lebar bahu
• Ukuran uji
• Lingkar kerung lengan
C. Sistem Aldrich
Diadaptasi dari Winifred Aldrich, sistem ini banyak digunakan dalam literatur internasional dan diterapkan pada berbagai jenis busana wanita, pria, dan anak. Disukai karena rumusnya yang logis dan skalabel.
Bagian yang harus diukur adalah:
• Lingkar dada
• Lebar punggung
• Panjang baju
• Lingkar kerung lengan
• Lingkar ujung lengan
D. Sistem Mayneke
Merupakan metode konstruksi pola yang bersifat teknik dan sistematis, lebih banyak digunakan untuk pengajaran formal di sekolah mode.
Pengambilan ukuran:
• Dimulai dari garis pinggang tengah di depan (pas di bawah ban pinggang)
• Lalu diukur menyerong lewat puncak dada ke titik bahu terendah mengarah ke garis pinggang yang ada tepat di bawah ban pinggang
E. Sistem Dressmaking (Porrie Muliawan)
Dikembangkan oleh Porrie Muliawan, sistem ini merupakan adaptasi dan pengembangan pola untuk kebutuhan industri lokal, dengan penekanan pada efisiensi dan kemudahan pemahaman.
Bagian yang perlu diukur adalah:
• Lingkar leher
• Lingkar badan
• Lingkar pinggang
• Lingkar pinggul
• Panjang punggung
• Lebar punggung
• Panjang sisi
• Lebar muka
• Panjang muka
• Tinggi dada
• Panjang bahu
• Ukuran uji
• Lingkar lubang lengan
• Panjang lengan blus
• Lebar dada
F. Sistem PSMI Danckaert
Sistem ini dikenalkan oleh PSMI (Persatuan Sekolah Mode Indonesia) dan memadukan logika konstruksi ala Eropa dengan adaptasi bentuk tubuh masyarakat Indonesia. Banyak digunakan dalam sertifikasi dan kompetisi keterampilan nasional.
Bagian yang perlu diukur adalah:
• Lingkar badan
• Lingkar pinggang
• Panjang dada
• Panjang punggung
• Lebar dada
• Lebar punggung
• Lebar bahu
• Lingkar panggul pertama
• Lingkar panggul kedua
• Jarak panggul
• Panjang lengan
• Panjang sampai siku
• Panjang sampai pergelangan
• Lingkar siku
• Lingkar pergelangan
3. Klasifikasi Pola Dasar
Sebelum membuat pola busana tertentu, peserta dilatih untuk memahami klasifikasi pola dasar, yaitu pola yang digunakan sebagai bentuk awal sebelum dimodifikasi menjadi model khusus. Pola dasar meliputi:
A. Pola dasar atasan
Termasuk bagian depan, belakang, dan lengan. Dasar untuk membuat blus, kemeja, jaket, dan dress.
B. Pola dasar bawahan
Seperti rok (lurus, klok, span) dan celana (lurus, pensil, kulot).
C. Pola dasar gaun
Menggabungkan pola atasan dan bawahan menjadi satu kesatuan
D. Pola anak-anak dan pria
Diperlukan penyesuaian struktur tubuh dan proporsi usia/gender
Dengan memahami klasifikasi ini, peserta bisa menentukan jenis pola mana yang digunakan tergantung model busana yang dirancang.
4. Penggunaan Pola Konstruksi
Berdasarkan penelitian macam-macam metode/sistem konstruksi pola busana, pola konstruksi badan wanita yang baik adalah menggunakan lipit/kup untuk ruang untuk ruang bentuk buah dada.
A. Bentuk lipit kup ada yang di bahu dan pinggang yakni sistem dressmaking
B. Pola yang letak lipit kupnya di sisi dan di pinggang yakni sistem dressmaking
C. Letak lipit kup seluruhnya di pinggang terdapat pada sistem Charmant, Danckaerts dan So-En
Membuat pola dasar di mulai dari pola bagian belakang. Untuk membuat pola dasar bagian atas hanya membutuhkan dua macam ukuran, yaitu:
A. Panjang punggung
B. Lingkar badan
Ukuran panjang punggung adalah menjadi ukuran panjang pola. Sedangkan ukuran lingkar badan adalah merupakan dasar untuk mendapatkan semua ukuran yang diperlukan dalam membuat pola. Dari ukuran lingkar badan akan diperoleh ukuran:
A. Lebar pola dasar
B. Batas ketiak
C. Lebar muka
D. Batas kerung leher
E. Lebar punggung
Setelah lima ukuran di atas diperoleh, nanti akan ditemukan ukuran tersendiri dari:
A. Panjang bahu
B. Panjang muka
C. Panjang sisi
D. Lingkar kerung leher
E. Lingkar kerung lengan
5. Alat yang digunakan untuk membuat pola
A. Buku pola (buku kostum)
B. Kertas dorslag
C. Kertas manila/koran/karton
D. Pensil dan bolpoin hitam
E. Bolpoin/spidol warna (warna hitam, merah, biru)
F. Penghapus
G. Penggaris (penggaris siku, lengkung, dan lurus)
H. Pita ukur/metline/meteran
I. Skala
J. Gunting kertas
6. Proses Pembuatan Pola Sesuai Ukuran Pelanggan
Langkah selanjutnya adalah membuat pola dasar sesuai ukuran tubuh pelanggan yang telah diukur sebelumnya. Proses ini meliputi:
A. Menyusun skema pengukuran ke pola
Peserta belajar mentransfer angka-angka pengukuran ke kertas pola dengan skala 1:1. Tiap titik pengukuran ditandai dan dihubungkan mengikuti bentuk tubuh.
B. Menggambar garis-garis dasar
Termasuk garis leher, bahu, dada, pinggang, dan panggul, dengan mempertimbangkan keleluasaan gerak (dengan menambahkan kampuh sesuai jenis busana).
C. Penyesuaian bentuk tubuh pelanggan
Beberapa pelanggan memiliki postur khusus (bungkuk, perut besar, dada kecil, tubuh plus-size) sehingga pola dasar perlu diseleksi dan dikoreksi secara proporsional.
D. Evaluasi dan pengujian pola
Peserta diajarkan untuk mengecek kembali pola dasar sebelum dipotong ke kain, bisa menggunakan toile (mock-up) dari kain perca untuk melihat bentuk pola secara nyata.
Membangun Dasar Busana yang Presisi dan Profesional
Pembuatan pola bukan sekadar menggambar garis di atas kertas, tetapi merupakan proses analisis bentuk tubuh dan intepretasi desain. Oleh karena itu, kompetensi ini membentuk peserta menjadi calon desainer atau penjahit profesional yang mampu bekerja berdasarkan data, detail, dan kebutuhan pelanggan.
Dengan penguasaan elemen ini, peserta Program PKW di LKP Kriya Busana Majapahit memiliki landasan kuat untuk masuk ke tahap pemodelan lanjutan dan produksi busana sesuai permintaan pasar.
Posting Komentar untuk "Elemen Kompetensi - Kompetensi 3: "Membuat Pola Busana" by Kriya Busana Majapahit"