Elemen Kompetensi - Kompetensi 3: "Membuat Pola Busana" by Kriya Busana Majapahit Part 2

Pemecahan Pola Dasar Sesuai Model Busana

Setelah pola dasar dibuat sesuai ukuran tubuh pelanggan, langkah penting selanjutnya adalah memecah pola dasar menjadi pola model, yaitu pola yang telah disesuaikan dengan desain busana yang diinginkan. Di LKP Kriya Busana Majapahit, keterampilan ini menjadi bagian inti dari pembelajaran program Pendidikan kecakapan Wirausaha (PKW), karena kemampuan memodifikasi pola dasar secara tepat akan menentukan kesesuaian hasila akhir dengan desain serta kenyamanan pemakai.

Pemecahan pola juga menjadi jembatan antara peran teknis sebagai pembuat pola dan peran kreatif sebagai perancang busana.

1.    Pengertian Pemecahan Pola

Ilustrasi pola busana (Pinterest.com)

Pemecahan pola adalah proses mengubah atau memodifikasi pola dasar agar sesuai dengan model busana tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bentuk, potongan, dan detail desain yang diinginkan, tanpa mengubah ukuran dasar yang telah sesuai dengan tubuh pelanggan.

Contoh modifikasi dalam pemecahan pola:

·         Menambah lipit atau kerut

·         Membentuk potongan asimetris

·         Menambahkan detail seperti kancing, dokoratif, pita atau garis hias

·    Mengubah bentuk kerah, garis leher, manset, ujung lengan, dan bagian bawah busana

2.    Langkah-langkah Pemecahan Pola Dasar

Ilustrasi pecah pola (Pinterest.com)

Peserta pelatihan diajarkan untuk mengikuti:

A.   Menganalisis Model Busana

·       Mengamati gambar model atau contoh busana secara menyeluruh

·    Mengidentifikasi bagian yang dimodifikasi, misalnya garis leher, lengan, rok, potongan dada atau keseluruhan siluet

B.   Menentukan Titik Pemotongan dan Modifikasi

·         Menentukan garis potong baru pada pola dasar

·         Membuat garis bantu pada pola untuk merancang bentuk baru

C.   Memindahlan Darts (Kupnat)

·  Kupnat (darts) dapat dipindah untuk tujuan estetika maupun kenyamanan, misalnya dari pinggir ke tengah, dari bawah ke samping, atau diubah menjadi kerut

D.   Menambahkan Rincian Model

·   Menambah bagian-bagian baru seperti kerah variasi (shanghai misalnya), ruffle, ban pinggang, lapisan furing

·     Menyesuaikan bentuk lengan: puff, balon, lurus, atau tanpa lengan

·    Mengatur volume dengan memperlebar atau mempersempit pola bagian tertentu

E.   Mengoreksi dan menyempurnakan Pola

·  Memastikan sambungan antar bagian pola tetap bertemu dengan baik

·  Menyesuaikan bentuk lengkung (kerung lengan, garis leher, sisi pinggang) agar jatuhnya busana tetap halus di badan

3.    Konsep Dasar Pecah Pola Busana Wanita

Ilustrasi konsep dasar pecah pola (Pinterest.com)

Perancangan busana wanita memerlukan ketelitian lebih tinggi dibandingkan pakaian pria atau anak-anak, karena harus mampu menonjolkan sisi feminin dan kelebihan pemakainya agar terlihat menarik dan serasi. Oleh karena itu, proses pecah pola harus disesuaikan dengan desain serta bentuk tubuh individu. Untuk menghasilkan pola yang tepat, perlu dilakukan analisis awal terhadap bentuk tubuh dan desain. Secara umum, bentuk tubuh wanita terbagi dalam lima kategori: ideal, kurus tinggi, gemuk tinggi, kurus pendek, dan gemuk pendek. Tubuh ideal ditandai dengan keseimbangan antara tinggi dan berat badan. Desain yang cocok untuk tubuh ideal belum tentu sesuai untuk tubuh lain. Karena itu, penyesuaian pola penting dilakukan agar busana tetap tampak menarik, sekaligus menyamarkan kekurangan bentuh tubuh. Misalnya, tubuh gemuk sebaiknya menghindari pakaian berkerut atau mengembang. Bila menggunakan model seperti lengan balon, ukuran pengembangannya harus disesuaikan agar tetap proporsional.

Selain analisis bentuk tubuh, analisis desain juga penting dalam proses pembuatan busana. Langkah-langkah analisis desain meliputi:

A.   Mengamati desain secara keseluruhan

Terutama posisi berdiri model-biasanya menghadap ke depan atau sedikit menyamping-untuk memudahkan pemahaman proporsi dan letak bagian-bagian busana

B.   Memahami detail bagian-bagian busana

Seperti garis leher, lingkar badan, pinggang, panggul, kerung lengan, dan kup. Garis-garis ini membantu dalam mengidentifikasi struktur dan bentuk busana yang akan dibuat.

·         Desain pakaian pada badan bagian atas

Desain bagian atas busana mencakup garis leher atau kerah, lengan, kantong, garis hias, kup dan belahan pakaian. Untuk menentukan perubahan pada garis leher, bandingkan posisi garis leher dasar dengan desainnya. Hal yang sama berlaku pada lengan dan bentuk badan, seperti memilih model lengan (kop, puff, balon, dll)

Perhatian khusus perlu diberikan pada letak kup, apakah tetap di posisi standar, dipindahkan, atau diubah menjadi garis hias, karena kup berperan penting dalam menonjolkan sisi feminim. Garis belahan juga harus dianalisis dengan cermat agar tidak terjadi kesalahan saat membuat pola dan memotong kain.

·         Desain pakaian bagian bawah

Bagian bawah busana bisa berupa rok atau celana, yang masing-masing memiliki variasi desain. Untuk rok, perhatikan jenis modelnya, panjang, lebar, volume (jika rok mengembang), dan kerutan (jika ada). Hal serupa berlaku pada celana: pahami bentuk desain, ukuran panjang, serta lebar atau besar potongannya agar sesuai dengan rancangan yang diinginkan.

C.   Pahami Letak Jatuh Pakaian pada Badan

Kecocokan bahan dengan desain bisa dilihat dari cara pakaian jatuh di tubuh, terutama di sisi dan bagian bawah. Bahan yang jatuh lurus atau tampak kaku biasanya tebal, sedangkan bahan yang mengikuti lekuk tubuh atau bergelombang di bagian bawah cenderung tipis dan melangsai. Observasi ini membantu memperkirakan jenis kain yang digunakan dalam desain.

Agar mampu menganalisis bentuk tubuh dan pakaian secara tepat, diperlukan latihan yang konsisten dan berkelanjutan. Dengan banyak berlatih, kemampuan dalam membuat pecah pola sesuai desain akan semakin terasah dan akurat. Sebagai referensi, berikut ini disajikan contoh-contoh pecah pola untuk beberapa model rok, blus, dan celana yang dapat digunakan sebagai latihan atau acuan dalam proses pembuatan busana.

4.    Praktik Langsung pada Berbagai Model Busana

Ilustrasi model busana (Pinterest.com)

Selama pelatihan, peserta tidak hanya belajar secara teori, tetapi juga mempraktikkan pemecahan pola pada berbagai model busana seperti:

A.   Pola dasar dan pecah pola Rok A-Line

Rok adalah bagian busana yang dikenakan mulai dari pinggang hingga melewati panggul dan jatuh ke bawah, dengan panjang yang dapat disesuaikan menurut selera atau kebutuhan. Umumnya, rok dipadukan dengan blus sebagai atasan. Variasi desain rok sangat beragam, baik dari segi panjang maupun bentuk siluetnya, sehingga memberikan banyak pilihan dalam gaya berpakaian. Potongan ini memberikan kesan siluet ramping di bagian pinggang dan memberikan ruang gerak yang nyaman di bagian bawah. Model A-line cocok digunakan untuk berbagai bentuk tubuh karena mampu menyamarkan bagian pinggul atau paha lebar, serta memberikan tampilan yang anggun dan sederhana. Rok ini juga fleksibel-bisa dikenakan untuk tampilan formal maupun kasual, tergantung dari bahan dan detail desain yang digunakan.

Ukuran Model:

1)    Lingkar pinggang = 78 cm

2)    Lingkar panggul = 98 cm

3)    Tinggi panggul = 20 cm

4)    Panjang rok = 60 cm

Membuat pola bagian muka

1)    Buat garis tegak lurus

·         A-C sejajar dengan A-B

·         A-A’ = turun 1,5 cm

·         A’-B = panjang rok = 60 cm (tergantung kebutuhan)

·         A’-D = tinggi panggul = 20 cm

·         D-E = ¼ lingkar panggul + 1 cm = 25,5 cm

·         B-F = (D-E) + 5 s\d 7 cm = 31,5 cm

·         F-F’ = naik 2 cm

·         A’-C = ¼ lingkar pinggang + 1 cm + coup 3 cm = 23,5 cm

2)    Membuat coup depan

·         A-G = 1/10 lingkar pinggang = 7,8 cm

·         G-H = 3 cm -> lebar coup

·         G-I = 12 cm

·         T-I = 7,8 cm + ½ (3 cm) + 1 cm =  11,8 cm

Membuat pola bagian belakang

1)    Buat garis saling tegak lurus

·         A-C sejajar dengan A-B

·         A-A’ = turun 1 cm

·         A’-B = panjang rok = 60 cm

·         A’-D = tinggi panggul = 20 cm

·         D-E = ¼ lingkar panggul – 1 cm = 23,5 cm

·         B-F = (D-E) + 5 s\d 7 cm = 29,5 cm

·         F-F’ = naik 2 cm

·         A’-C’ = ¼ lingkar pinggang – 1 cm + coup 3 = 21,5 cm

2)    Membuat coup belakang

·         A-G = 1/10 lingkar pinggang = 7,8 cm

·         G-H = 3 cm -> lebar coup

·         H-I = 12 cm, panjang coup

·         T-I = 7,8 cm + ½ (3 cm) + 1 cm = 11,8 cm

B.   Pola dasar dan pecah pola blus

Blus adalah pakaian atasan yang dikenakan mulai dari bagian tatas tubuh hingga mencapai pinggang atau bahkan sampai panggul, tergantung preferensi pemakai. Blus biasanya dipadukan dengan rok atau celana sebagai bawahan.

Secara umum, blus terbagi menjadi dua jenis:

1)    Blus luar, yaitu blus yang dikenakan di bagian luar rok atau celana

2)    Blus dalam, yaitu blus yang dimasukkan ke dalam rok atau celana. Model ini umumnya memiliki potongan lurus hingga panggul dan sering kali dibuat lebih longgar dibandingkan blus luar.

Berikut ini adalah contoh model blus beserta pecah polanya :

Ukuran Model:

1)    Lingkar bada (LB) = 100

2)    Lingkar pinggang (L.Pgg) = 86

3)    Lingkar pingul (L.Pgl) = 104

4)    Panjang dada (PD) = 30

5)    Panjang punggung (PP) = 37

6)    Lebar dada (LD) = 37

7)    Lebar punggung (LP) = 38

8)    Lebar bahu (L.Bh) = 12

9)    Panjang lengan (PL) = 55

10) Lingkar lengan bawah (LL) = 25

11) Panjang siku (PS) = 29

12) Lingkar siku (LS) = 30

13) Panjang atasan (PB) = 60

14) Panjang bahu muka (M) = 38

15) Panjang bahu belakang (B) = 39

16) Kerung lengan (K.lengan) = 48

17) Kerung leher (K.Leher) = 46

Membuat pola bagian muka dan belakang

1)    A-B = ½ lingkar badan = 50 cm

2)    B-N = ½ panjang punggung = 18,5 cm

3)    N-N1 (pakem) = 1,5 cm  (siku BN)

4)    AMo = ½ panjang dada = 15 cm (siku AB)

5)    Mo-M = 1/10 AB – 2 cm = 3 cm

6)    So = di tengah-tengah M1-N1

7)    A-C = ¼ LB + 0,5 cm = 25,5 cm

8)    B-C = ¼ LB – 0,5 cm = 24,5 cm

9)    So-To = 1/10 AB + 2,5 cm = 7,5 cm

10) N-R (pakem) = 9 cm (siku BN)

11)  M-S (pakem) = 5 cm (siku AM)

12) C = turun antara 1,5 cm – 2 cm

13) S = ½ LD = 18,5 cm

14) R = ½ LP = 19 cm

15) M-D = panjang dada = 30 cm

16) N-E = panjang punggung = 37 cm

17) D-D1 = ¼ L.Pgg + 3 cm + 0,5 cm = 25 cm

18)  D1-D2 = 1 cm

19) E-E1 = ¼ L.Pgg + 2 cm – 0,5 cm = 23 cm

20) E1-E2 = 1 cm

21) O-O2 = ½ L.Pgl + 0,5 cm = 26,5 cm

22) P-P2 = ¼ L.Pgl – 0,5 cm = 25,5 cm

23) D-O = D2-O2 = E-F = E2-F2 = tinggi Pgl = 20 cm

24) D-J = D2-J1 = E-X = E2-X1 = PB-PD

25) Membuat kup depan:

·         D-Y = 1/10 L.Pgg = 8,6 cm

·         Y-Y1 = 3 cm

·         Y-Y2 = 13-14 cm

·         Y-Y3 = 12 cm

·         Y3 = D-Y + ½ kup (3) + 1 = 11,1 cm

26) Membuat kup belakang:

·         E-Z = 1/10 L.Pgg = 8,6 cm

·         Z-Z1 = 2 cm

·         Z-Z2 = 15 cm

·         Z-Z3 = 12 cm

·         Z3 = E-Z + ½ kup (2) + 1 = 10,6 cm

Pola dasar lengan

1)    Kerung lengan = 48

2)    Buat garis tegak lurus AC-BT

3)    B = ditengah-tengah AC

4)    AD = CE = 11-13 cm (pada contoh model digunakan 12 cm)

5)    BD = BE = ½ kerung lengan – 1 cm = 23 cm

6)    BO =panjang lengan pendek = 27 cm

7)    BT = panjang lengan panjang = 55 cm

Mengasah Kreativitas dan Logika Desain

Dengan menguasai teknik pemecahan pola dasar sesuai model, peserta program PKW di LKP Kriya Busana Majapahit memiliki keterampilan yang tidak hanya teknis, tetapi juga kreatif. Mereka mampu menerjemahkan gagasan desain menjadi pola siap potong yang presisi dan estetis.

Langkah ini memperkuat posisi mereka sebagai calon perancang busana yang kompeten, yang memahami bahasa pola sebagai sarana untuk mewujudkan karya nyata.

Posting Komentar untuk "Elemen Kompetensi - Kompetensi 3: "Membuat Pola Busana" by Kriya Busana Majapahit Part 2"